Apel
“Mengapa ia tak jatuh?” Albert bertanya
Tanpa
penasaran
“Sebab
masih mentah,” begitu ibu menjelaskan
Sambil
merajut luka hati sebasah telaga
“Bukan yang hijau.”
“Yang merah.”
“Yang di
sebelahnya.”
“Yang ada
ulatnya.”
“Yang berlubang sebesar bola.”
“Yang kuning dagingnya.”
“Yang
berdarah itu.”
Albert
mencecar.
Ibu diam
Meletakkan
rajutan
Di atas
nampan pualam
Berlumur air garam
Lalu bersimpuh
Memandang
Menangis
Terisak
Berkata, “Newton telah meralat hukum gravitasinya.”
“Tapi ia bukan Tuhan,” Albert memang suka bertanya
Ibu diam
Duduk di
atas kursi
Merajut
kembali
Kali ini
jantung tertusuk belati
No comments:
Post a Comment